Sesuai dengan janjiku, aku akan segera kembali di sini.
Semester pertamaku di pendidikan tinggi telah kulalui, dengan sangat buruk
tentunya. Banyak sekali hal-hal yang sebenarnya tak kuinginkan untuk terjadi
justru terjadi, dan membuat diriku serasa terparkir dan tidak tergerak untuk
berpindah. Kini, aku menulis lagi dalam suasana yang hampir sama dengan
tulisan-tulisanku yang lain. Ini soal hati, bro, bukan soal yang lain.
Akhir-akhir ini, perasaanku menjadi semakin ingin untuk diabadikan. Hey girl, apakah kamu membacanya?
Kurasa kali ini tak perlu banyak basa-basi, kan? Baiklah. Akhir-akhir ini, aku melihat teramat banyak kejadian Rossi vs Marquez (baca: tikung-menikung).
Nampak teramat banyak kawan yang mulai gusar dengan kejadian menikung. Ya, ini sudah menjadi fenomena seiring populernya quotes "Sebelum janur kuning melengkung, semua belum berakhir". Selama belum menjadi suami atau istri orang, kamu masih boleh mengambil hatinya. Dengan cara yang benar, tentunya. Namun semuanya menjadi salah arti bagi banyak orang.
Nampak teramat banyak kawan yang mulai gusar dengan kejadian menikung. Ya, ini sudah menjadi fenomena seiring populernya quotes "Sebelum janur kuning melengkung, semua belum berakhir". Selama belum menjadi suami atau istri orang, kamu masih boleh mengambil hatinya. Dengan cara yang benar, tentunya. Namun semuanya menjadi salah arti bagi banyak orang.
Sampai akhirnya, duel Rossi vs Marquez pun sering terjadi dalam hubungan dengan lawan jenis. Suka gebetan orang, bahkan gebetan kawan sendiri pun jadi sasaran. Sakit? Pasti. Kenapa harus ditanyakan kalau kamu tahu jawabannya, right? Sekiranya, sebelum menikung, posisikan diri sebagai sosok yang akan ditikung. Bagaimana rasanya? Bisa bayangin? Sakit pak! Aku yang baru ngebayangin aja nggak tega, padahal (mungkin) orang tahu aku tukang sepik.
Trus ceritanya aku mau nikung dia buat dapetin kamu? Enggak kok. Aku cuma mau menghindari duel itu, takut salah satu jatuh, dan itu pasti bukan dia. Pasti aku, pasti :') Kok tau Lus? Ibarat compare motor nih, aku cuma kayak Mbah Kakung (baca: Astrea 800 keluaran 1984, motor pertamaku) yang dapet lawan Yamaha R25 (Kenapa R25? Ini motor impian bray, pengen bisa beliin Bapak motor beginian meskipun belum tentu juga Bapak mau pake hehe). Dari harga aja, mahal siapa? Lawanku. Mesinnya, bagus siapa? Lawanku juga. Penampilan? Yah, masa' bandingin motor bebek '80s sama motor sport fairing seperempat liter? Nggak apple-to-apple coy! Kalo pas balapan trus tendang-tendangan, siapa yang jatuh? Aku lah!
Sekarang beda bahasan lagi ya, tapi masih sambungannya. Ini bagian bapernya Pak....
Aku mengagumimu, jawabnya ya. Aku sangat mengagumimu. Sosok wanita yang diciptakan sangat indah olehNya, yang sempat melintasi lensa optik manusia bernama Lusio Erian Pradana Putra. Teramat baiknya Tuhan menciptakan sosok wanita sepertimu.
Dirimu ibarat garis finish bagi banyak lelaki, aku salah satunya. Banyak lelaki berlomba menggapaimu dengan segala cara. Ada yang berlari, mengayuh sepeda gunung, mengendarai berbagai jenis kendaraan bermotor, entah roda dua maupun seterusnya. Semua tertuju pada satu garis finish, yaitu dirimu.
Namun aku sadar, aku bukanlah lelaki yang baik. Ibarat peserta balapan untuk menggapaimu, aku hanyalah seorang pejalan kaki miskin dan lemah. Aku menyadari paru-paruku tak mungkin menyimpan banyak oksigen, jantungku tak mampu memompa banyak darah, kakiku tak dapat melangkah jauh, dan diriku tak akan pernah dapat menggapaimu. Aku hanya sosok lelaki payah, namun bajingan. Sudah lemah, bajingan pula.
Di depan sana, sudah ada sosok yang terlebih dulu berangkat dari garis start untuk menggapaimu. Dia adalah sosok dengan mobil sport, yang pasti terlebih dulu menggapaimu. Dia cepat, dan tak akan jatuh sekalipun kutendang hingga kakiku harus diamputasi. Aku tak akan mampu mengejarnya, tak akan. Dan kamu, tahu, dia adalah kawanku. Ya, dia kawanku, yang terlebih dulu mengagumimu, mendekatimu, dan memiliki banyak hal untuk diberikan padamu, dibandingkan denganku.
Ingin menikung? Kutegaskan sekali lagi, tidak. Hal itu tak mungkin terjadi meski aku berusaha, dan akhirnya tak akan terjadi. Itu hanyalah hal bodoh dan menyakitkan. Di satu sisi, jika pejalan kaki dapat mengalahkan mobil sport, ke manakah harga diri pemgemudi mobil sport itu? Kamu tahu? Itu akan sangat menyakitkan baginya. Namun jika dia berhasil menggapaimu, itu pasti juga menyakitkan bagiku. Namun aku tak ingin membuatmu merasa tak nyaman bersama pejalan kaki sepertiku. Lambat, dan tak mampu melindungimu dari panas maupun hujan. Biarkan dirimu aman dan nyaman di dalam mobil sport itu.
Aku tak ingin melukai sebuah pertemanan yang belum lama kujalin dengan pengemudi mobil sport itu. Aku menyadari bahwa aku tak mampu hidup sendiri, dan suatu saat aku akan membutuhkan bantuannya. Untuk itu, aku memilih berhenti untuk mencoba menggapaimu. Karena aku tahu itu mustahil, dan jika pengemudi mobil sport itu menyadari kehadiranku dalam balapan ini, dia akan menjatuhkanku dengan segera. Aku menjatuhkan diriku di sini, sebelum dia menjatuhkanku.
Aku hanya ingin melihatmu bahagia meski bersama orang lain, daripada kau harus merasakan kesengsaraan ketika bersamaku. Meskipun sebenarnya, itu akan terasa menyakitkan. Pasti menyakitkan bagiku. Namun abaikan saja aku, lelaki bodoh ini. Sosok lelaki yang bagai pungguk merindukan bulan.
Aku juga tak ingin berubah menjadi sosok pengemudi mobil sport itu. Aku hanya mengingat pesanmu, "Jadilah dirimu sendiri, Lus", meskipun itu artinya aku tak akan pernah dapat menggapaimu. Aku akan tetap menjadi diriku sendiri, selama apapun itu, meskipun awalnya akan menyakitkan.
Sudahlah, mengapa aku menulis sebegini panjang, meskipun dirimu belum tentu membacanya, apalagi memahami frasa demi frasa yang kutulis ini. Tetaplah di sana, jangan pergi sebelum pengemudi mobil sport itu mengajakmu masuk ke dalam mobilnya. Dan aku akan kembali ke garis start.
Dari aku, yang mengagumimu.
Sudah, abaikan cowok baperan ini. Sudah selesai tulisan bapernya. Semoga Tuhan masih mengijinkanku untuk terus menulis berbagai hal di sini.
Aku akan kembali, segera.
opo pak? haha...
BalasHapusT ta?
Ora Pak, iki bedo maneh.
HapusKamu terlalu merendah boy, hmm tapi saranku buat dia kagum dengan kelebihan yg kamu miliki , semangat konco sakbangkuku bien wkwk.
BalasHapusIki konco sebangku sing endi maneh -_- Wis lupakan bro, biarkan dia bersama orang lain :)
Hapus