Minggu, 27 Agustus 2017

Warm Voice, Cold Heart - Bagian Kedua


“Eh, Titis, Brian. Piye kabare? Sehat? Lama nggak ketemu ya.”

“Baik kok, Pak. Ini lho, Titis kangen makan bakso.”

“Iya Pak, aku kangen. Bikinin semangkok kayak biasa ya, Pak.”

“Siap, le! Brian pesen apa?”

“Campur Pak, semuanya sebiji-sebiji.”

Sudah tiga minggu aku tak menyantap bakso buatan Pak Ridho ini.

Minggu, 13 Agustus 2017

Warm Voice, Cold Heart - Bagian Pertama



“Tis, nanti ada latihan jam 7 malam. Jangan lupa.”, Tulis Brian dalam pesan singkatnya untukku.

Ah, sejujurnya aku sedang malas untuk datang latihan, tapi pasti Mas Adi akan mencariku dan memberiku hukuman. Oh, hai. Aku, Robertus Gemuruh Parangtritis, dan orang biasa memanggilku dengan panggilan Titis. Nama yang unik, bukan? Ya, kedua orang tuaku sangat menyukai suasana Pantai Parangtritis –terutama gemuruh ombaknya- sehingga putra pertamanya diberi nama seperti ini.

Aku pun bergegas menuju kamar dan berganti pakaian. Kulihat jam dinding di atas meja belajar, dan aku masih punya waktu 32 menit untuk menuju tempat latihan. Inikah saatnya bermalas-malasan? Toh aku hanya perlu waktu 10 menit untuk mencapai tempat latihan. Dan tak lama kemudian, ponselku berdering karena sebuah pesan singkat.

Jumat, 26 Mei 2017

The Grandson's Note: Mbahdok Sampun Ditimbali Gusti


Inilah sebuah cerita, tentang aku dengan nenekku, Ibunda dari Ibuku.

Jumat, 17 Maret 2017. Aku pulang ke Pandaan, dengan menitipkan motorku di Terminal Arjosari, lalu naik bus. Memang agak aneh, mengingat aku terbiasa mengendarai Black Angel (re: Revo 110 ‘09) dari Malang ke Pandaan. Ya, aku memang memilih menggunakan bus, agar motorku mendapat penjagaan di Malang. Tak berhenti di situ, di hari yang sama aku masih harus menggunakan moda transportasi yang sama, untuk pergi ke Klaten. Kali ini, bukan liburan. Aku dan orang tua serta kedua adikku akan mengikuti Misa 1 tahun wafatnya Mbahkung Slamet (lihat tulisanku untuk Mbahkung Slamet disini). 

Pagi harinya, aku telah sampai di Klaten. Seperti biasa, aku menginap di rumah keluarga Ibu, mengingat rumah keluarga Ibu lebih mudah diakses karena berada di pinggir jalan yang dilalui bus antar kota. Dengan beberapa tugas yang belum bisa kuselesaikan, aku memilih menyibukkan diriku. Sedangkan Ibu dan adik