Selasa, 10 Mei 2016

SNMPTN: Antara Masa Depan dan Nama Sekolahan

Selamat malam gaes, apa kabar? Gimana sekolahnya, kuliahnya, UNnya, SNMPTNnya? Tulisan kali ini temanya soal SNMPTN. Iya, SNMPTN, yang pengumumannya baru aja kemaren. Oke deh, gausah banyak  basa-basi lagi. Ini menarik loh, kenapa?

Faktanya, nggak semua siswa kelas 12 yang lolos SNMPTN itu seneng. Ada yang biasa aja, atau bahkan ada yang sedih, meskipun berhasil lolos dan menyisihkan banyak siswa kelas 12 yang lainnya. Bahkan, tidak semua siswa kelas 12 mendapatkan kesempatan untuk mengikuti SNMPTN, kan? Nggak selayaknya mereka sedih. Mestinya mereka bahagia, karena untuk di sekolah terakreditasi A aja deh, mereka berhasil menyisihkan 25% dari teman seangkatan mereka, karena kuota SNMPTN untuk sekolah terakreditasi A adalah 75% dari total siswa kelas 12.

Trus, kita bahas yang ga keterima dulu nih.
Kenapa ga keterima? Mungkin, ada yang sama kayak aku dulu: nggak niat sekolah. Sekarang gini deh. Gimana mau lolos SNMPTN kalo misalnya tiap kita sekolah ikutnya ekskul mulu, ekskulnya gak nyambung sama prodi pilihan kita, dan nilai akademis kita kebanting? Jangan ngimpi, ini dunia nyata. Ini contoh nyata nih, kisahku sendiri. Aku ikut ekskul paduan suara, karena memang itu passionku. Aku bisa punya banyak prestasi non akademis, tapi nilaiku jatuh. Di saat temen-temen yang lain bisa nunjukin progress nilai rapor yang grafiknya naik lebih curam, grafikku naiknya landai, bahkan sempat turun. So, gimana? Aku gagal! Emang prodi pilihanku bukan ke arah seni suara, karena gabisa kesana, Kan aku masuk jurusan IPA. Ya salah siapa......

Tapi di sisi lain, ada banyak faktor yang bener-bener sulit buat dipahami. Ada kok, siswa yang gak menonjol dari segi akademis maupun non akademis tapi bisa lolos. Hayo kenapa hayo? Bisa aja dia milih prodi yang emang peminatnya sedikit, atau nggak butuh requirment tinggi soal nilai. Atau, mungkin dia sedang dalam keberuntungan. Nggak sedikit loh, ada anak yang prestasinya akademis maupun non akademisnya nonjol, disayang guru, tapi pas SNMPTN kalah sama temen-temennya yang biasa aja. Ada.

Sekarang, kenapa ada yang lolos SNMPTN tapi sedih? Gini. Jadi ceritanya, mereka itu memilih sesuatu yang tidak mereka inginkan. Tapi itu belum tentu sepenuhnya salah mereka loh. Mungkin ada yang salah mereka sendiri, lebih mementingkan urusan diterima dibandingkan dengan menjalaninya nanti, atau juga ada faktor-faktor lain.

Selain itu, gengsi orang tua. Ada kan, orang tua yang maksain anaknya buat milih prodi di universitas tertentu. Ada ambisi orang tua untuk menjadikan anaknya memiliki profesi tertentu. Padahal, yang punya hidup siapa? Anaknya sendiri. Yang menjalani hidup, anaknya sendiri. Tapi ada orang tua yang otoriter, nggak peduli maunya anaknya. Ya si anak dengan (sangat) terpaksa menuruti keinginan orang tuanya, padahal dia nggak mau. Dan yang kadang nggak disadari, faktor sekolah.

Sekolah, iya, sekolah. Banyak loh, siswa kelas 12 (misal, sebut saja si B) yang terpengaruh omongan guru (terutama BK) yang bunyinya "Temenmu si A itu pilihan prodi dan PTNnya sama persis kayak kamu. Daripada kamu nggak keterima, mendingan kamu cari pilihan lain aja". What the......? Seakan-akan guru udah men-judge bahwa si A bakalan lolos dan si B nggak bakal lolos. Itu guru apa Tuhan? Nggak ada yang tau hasilnya sebelum pengumuman, dan Tuhan ngasih taunya lewat pengumuman itu tadi. Nah, dari situ, pasti ada aja lah yang akhirnya milih yang lain. Akhirnya, si A dan si B keterima. Si A seneng, tapi si B sedih. Ya karena itu tadi. Si B memilih apa yang tidak dia inginkan, hanya karena ucapan gurunya.

Sebenernya, kok ada kasus kayak gitu? Pernah liat banner yang isinya daftar nama siswa lolos SNMPTN di depan SMA/SMK? Kalo jadi gurunya, atau bahkan kepseknya, seneng nggak kalo siswanya banyak yang lolos SNMPTN? Seneng lah! Itu mengangkat nama sekolah jadi lebih baik loh. Secara nggak langsung itu juga jadi media promosi sekolah. Peminat makin banyak, nggak perlu takut kekurangan siswa. Sekolah untung nggak? Untung dong. Tapi, apa orang tau kalo nggak semua nama itu berbahagia? Enggak. Sekolah taunya siswanya lolos, nggak tau bakalan dijalani dengan sepenuh hati atau enggak. Pokoknya sekolah bisa bikin banner daftar nama siswa lolos SNMPTN yang gede, yang isinya banyak, trus peminat banyak, ambil lebih banyak siswa sekaligus nolak lebih banyak lagi siswa.

Nah, kenapa faktor (sekolah) ini aku taruh belakang? Karena ini faktor yang sering (banget) nggak disadari. Dan terkadang banyak pihak yang menutup mata, demi nama, demi persaingan antar sekolah, demi pride dari sekolah tersebut. Dan yang jadi korbannya adalah siswa, generasi muda bangsa. Masa depan bangsa ada dalam genggaman mereka, dan tanggung jawab untuk membawa bangsa ke arah yang lebih baik ada di atas pundak mereka.

Dear adek-adekku, raihlah cita-cita setinggi langit, dengan usaha sepenuh hati. Jangan korbankan masa depanmu hanya untuk sekedar mendapatkan titel, entah titel sarjana, atau titel lolos SNMPTN, atau hanya sekedar jadi pengisi banner sekolah. Bangsa ini tanggung jawabmu, Dek. Jangan main-main. Lakukan sesuatu dengan sepenuh hati, bukan sepenuh gengsi, apa lagi sepenuh keinginan orang lain. Salam dari Mas Lusio, buat siswa kelas 12 yang (seharusnya) jadi maba tahun ini.

Udah ya, sekian dulu. Silahkan dibaca dan diresapi. Saya memang tidak bisa beraksi, tapi setidaknya saya bisa memulai orang lain untuk beraksi dari sebuah tulisan.

6 komentar:

  1. Teru setori mas


    Yoga 12 ipa 1 :v

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ancen kisahku true kan? Aku gak keterimo SNMPTN mergo nilaiku dewe :v

      Hapus
  2. Wanjerr bisa gitu yah hehehe...


    Acun

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya mungkin nggak semua gitu Cun, tapi daripada adek-adekku pada milih jurusan dan universitas yang nggak mereka inginkan hanya karena ucapan orang lain, kan kasian. Yang menjalani itu kalian, bukan orang tua, bukan guru juga.

      Hapus
  3. Bener mas. Boleh request tentang perjuangan SBMPTN nggak mas, temen²ku banyak yg butuh motivasi SBMPTN mas.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aduh, perjuangan SBMPTN ya dek? Aku dulu ya masuk lewat SBMPTN sih, tapi kok perjuanganku sangat kurang ya... Nanti deh aku share, aku bikin tulisan yang menunjukkan perjuangan buat SBMPTN yang bener, bukan kayak aku wkwk

      Hapus

Monggo dikomentari, gunakan bahasa yang sopan ya ! :)