sekian lama tak posting, saya menemukan inspirasi lagi untuk menulis. Masih sambungan 2 posting sebelumnya,Urusan Galau (Lagi) dan Urusan Galau (Lagi: Edisi 2), tapi ini edisi pungkasan alias
Keliatan dari judulnya, galau yang berkepanjangan dan berulang-ulang. Oalah Lus, Lus, galau mulu. Rasanya seperti jadi lupa segalanya. Lupa rasanya liburan, sekolah, persiapan UN, SNMPTN, SBMPTN, pokoknya lupa semuanya deh! Namanya juga soal hati dan perasaan manusia, siapa yang tahu? Siapa yang bisa tebak?
Ceritanya berawal dari akhir cerita sebelumnya. Saya masih bingung dengan perasaan saya, masih bingung dengan perasaannya. Trus, sampai kapan saya mau nge-gantung-in diri saya sendiri kayak gini? Jadi, tahu dong apa keputusan saya? Ya, Tembak! Tembak! Tembak! Dor! Jatuh ke bawah (Bacanya: baca lagi bawahnya)
Saya memutuskan untuk segera menyatakan apa yang saya rasakan setiap kali saya memandangnya, berbicara dengannya, berinteraksi dengannya di sosmed. Intinya ya perasaan itu, gambar hati merah muda itu. Susun rencana, tentukan tanggal, siapkan susunan kalimat, dan "barang bawaan", mana mungkin nembak gak bawa pistolnya? Tapi....
Semuanya di luar rencana. Karena dibuat tanpa janji, itupun menjadi sulit. Tak ada alasan bagi saya untuk menemuinya, dan ada banyak alasan untuk dia pergi. Betul? Tapi kalau membuat janji, apakah dia mau? Lihat sajalah, saya yakin saya bisa.
Beberapa hari setelahnya, saya ingin mencoba lagi. Tapi ketika saya bertemu dengannya, saya jadi speechless, mulut saya seperti dikunci rapat-rapat. Seakan-akan saya hanya diijinkan untuk tersenyum, tak lebih. Padahal, pistol selalu saya bawa kemanapun. Sampai pada akhirnya...
Akhirnya, saya memberanikan diri menemuinya, meskipun ada beberapa temannya. Just give her a handgun and say what's the meaning, dan saya pergi. Mungkin saya bisa banyak bicara, tapi tetap saja speechless. Oalah Lus, oalah, kenapa ngomongnya gak diterusin? Ya malu sama
Maksud hati ingin mencoba meneruskan pembicaaan di lain waktu, dia secara tak langsung sudah memberikan jawaban atas pertanyaan hati saya. Karena terkadang kembali adalah jawaban paling tepat. Kembali yang bagaimana? Coba pahami. Baca 2 posting sebelumnya, dan anda akan paham. Saya banyak melihat tanda yang diberikannya untuk menjawab pertanyaan hati yang belum tersampaikan itu. Foto dan tulisan pun berbicara fasih layaknya mulut manusia. Saya seakan-akan mendengar jawaban yang dia sampaikan, walau saya melihat, bukan mendengar. Pupus.
Lega, Lus? Belum, saya belum lega. Mungkin dia tak ingin membuat saya sakit jika dia menyampaikan jawabannya secara langsung, meskipun itu berbeda dengan pandangan saya. Just wait for her direct answer? Ayambuh, kepo deh. Biarlah, setidaknya diriku pernah berjuang #eaaak.
Selesai sudah, ini pungkasannya. Edisi 3 - Selesai. Sampai jumpa di posting berikutnya :)
I just stay here, dek :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Monggo dikomentari, gunakan bahasa yang sopan ya ! :)